Langsung ke konten utama

Postingan

Guarantee

  "Aku butuh mendengar suatu ucapan dari seseorang yang bilang bahwa apa ya ku lakukan sekarang akan terbayar di masa depan. Nggak peduli selama apapun aku menunggu waktu yang tepat itu. Aku cuman mau ada seseorang yang dateng peluk aku dan yakinin bahwa usaha keras yang aku lakuin sekarang, akan terbayar nantinya. Entah nanti kapan." As simple as aku cuman butuh kepastian-dari tiap apapun yang aku lakukan. Ada masa dimana kamu merasa sudah memberikan yang terbaik bahkan terlampau maksimal dari amabang batas yang kamu pernah lakukan. Kamu merasa telah melakukan hal dengan standart tertinggi yang bahkan belum pernah kamu tampakkan sebelumnya. Dan merasa, hasilnya nihil. Merasa theres non sense. Perasaan dimana kamu melihat ke belakang dan semuanya seperti kepingan puzzle yang berantakan tanpa pasangan. Kamu terus meilih satu persatu, mencocokkan satu persatu walaupun seringkali ada yang berbisik untuk menyerah dan meninggalkan semuanya. Kamu hanya berpikir, masa sih s...
Postingan terbaru

Kita perintis, bukan pewaris

  “Kamu kenapa nggak serius sih latihannya?” “Mau se-bagus apapun toh pasti bakalan kalah. Saingannya nanti katanya bagus-bagus” “Siapa yang bilang?!?” Itu sepenggal obrolan tegang yang ku lakukan saat membujuk seorang adik yang dalam waktu dekat akan menjadi kontingen lomba mewakili kecamatan. I felt de javu. Dejavu adalah saat kamu merasa apa yang terjadi sekarang, pernah dialami di masa lalu. (Brain Academy) Saat itu untuk pertama kalinya dalam hidup ada yang sepercaya itu mengembankan sebuah amanah besar. Dimana aku terpilih menjadi salah satu perwakilan lomba mewakili sekolah, yang mana tiap tahunnya sekolahku selalu menjadi juara di ajang lomba tersebut. Meski aku tak dituntut secara langsung harus menang, tapi yang ku tahu semua cost yang sekolah alokasikan pasti agar siswa-siswi nya menang. Dan keresahan yang sama juga ku rasakan saat itu. Karenanya aku merasa dejavu. “Gimana kalo yang berkompetisi nanti bagus-bagus?” “Ya, mau gimana? Itu urusan mereka. Tu...

Ovt: Whats next after Grad ?!?

May 24, 2023 Belakangan ini aku overthingking dengan suatu topik yang katanya anak-anak di faseku juga memikirkan hal yang sama. Yaitu, Whats next after graduation ?!?.   Sebenernya aku mulai kepikiran topik ini sejak Semester 7 kemarin. Tapi malah makin parah di SMT 8, tepatnya mungkin saat aku bikin resolusi 2023 di bulan November tahun kemarin. Katanya, anak-anak di fase semster akhir juga ngerasain hal yang sama. Mereka juga ngekhawatirin topik yang sama. Terus, karena aku nggak mau overthingking ku makin parah. I try to asking for help. Aku mulai membuka diriku mecari bantuan aka memaksa cari tau untuk apa yang bisa aku perbuat untuk mengurangi overthingking ku. Then, one of the thing is I looking for job . Mulai coba-coba buka akun jobseekers, mulai kepo website perusahaan dan apa aja kualifikasi yang dimau, juga mix and match mana kiranya yang cocok denganku. Ini rasanya hampir kaya tour, aku masuk dan tanya-tanya, tapi bedanya aku lakuin ini secara online di kamar c...

Pinter Ngaji atau Pinter Sekolah?

   مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ “Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.”  ( Manaqib Asy Syafi’i , 2/139) (Sumber:https://hamalatulquran.com/teks-perkataan-barangsiapa-yg-menginginkan-kebahagiaan-dunia-dan-akhirat-maka-hendaknya-dengan-ilmu/) Seorang Bapak 2 putra pernah mencecarku yang kebetulan beliau adalah kerabat jauh.  " Ngapain pinter-pintersekolah orang yang dibutuhin orang tua nanti Cuma do’a?". Dan pada waktu pertanyaan ini kudapat, saat itu aku masih berstatus pelajar SMK yang kebetulan dapat stigma dari orang sekitar adalah “Si anak kampung yang suka sekolah” . Bagiku saat itu, merantau ke kota adalah sebuah previlege . sebagai anak desa yang murni besar di desa, merantau ke desa sebelah yang mungkin dari segi prasarana sedikit lebih modern adalah suatu anugrah....

Orang Tua dan Semua yang membenarkannya

  “ Sebaik-baik mendidik adalah dengan memberi teladan” Beliau adalah pengidap HIV berusia 27 tahun yang sudah menjalani pengobatan rutin sejak usia 19 tahun. Simpulku beliau terapi dan sudah tau dirinya pengidap sekitar 8 tahun yang lalu. Berarti dia kemungkinan tertular sejak usianya bahkan masih belia? Simpulku makin berkelana HIV memang penyakit menular mematikan. Tapi yang perlu ditekankan, bahwa penyakit ini hanya akan menular melalui perantara-perantara perbuatan yang jelas Allah larang-seks dan obat-obatan terlarang. Katanya, keberhasilan seorang anak bergantung pada bagaimana orang tua dalam menjalani nalurinya. Dan kurasa, bisa juga berlaku sebaliknya. Anak tak perlu di didik dengan lisan untuk menganut seks bebas. Dia melihat secara keseluruhan dari sebuah drama rumahtangga orang tua di rumah yang kerapkali macam sinetron FTV. Sebelum akhirnya mengadopsi pola pikir yang dia percaya akan menjadi jalan tengah untuk menghindari kasus serupa. Rumah akan tetap menja...

Tentang pertama kali

  ’’There’s always a first time for everything”. Ku dengar dia bilang begitu. Dan ternyata benar adanya. Kalimat ini sekilas terdengar klise, menye-menye dan biasa saja. Tapi bagi sebagian orang yang memberanikan diri melawan takutnya untuk merasakan kesan pertama, aku yakin akan mengagumi kalimat ini dengan penuh makna. Itu yakinku Kutipan ini bukan ku dapat dari seorang kawan, apalagi kerabat dekat. Aku dengar quote ini dari potongan video pendek di tik-tok. Sengaja tak kuteruskan menonton karena saat itu aku sudah dapat “sign” yang ku cari. Kalo kalian percaya bahwa pengalaman pertama itu menakutkan maka kita samaan. Kesan pertama seolah ingin kita mundur dan lari terbirit-birit menghindar. Aku sedang bicara kesan pertama dalam segala hal. Apapun itu. Selalu ada pertama yang menakutkan di awal. Yang untuk sebagiannya lagi memilih lari membawa rasa takutnya ke tempat yang aman, sedang sebagiannya lagi mencoiba melawan hal yang seharusnya dia pertahnkan-rasa takut. Karena u...

Jarak kita dengan Makkah

  “Pertama kali ke Luar Negeri nanti, aku mau keliling Asia dulu. Malaysia, Singapore, Thailand. Baru ke yang jauh. Kalo ke Mekkah nanti dulu”    Saat itu, ku pikir untuk apa mau mencapai yang jauh jika yang dekat saja belum ku gapai?  Namun, ternyata ini bukan tentang jarak di peta. Tapi jauhnya jarak hatiku dan Kekasihku. Bagaimana mau dijadikan tamu jika sama sekali tak rindu? Bagaimana akan diundang ke rumah-Nya,  jika meminta saja tak pernah?   “ Benerin diri dulu lah” atau “ Disana nanti katanya di adzab langsung. Ngeri cuy,  dosa gue masih banyak ”   Dari yang sholatnya bolong-bolong. Ceritanya mau di genapi 5 waktu. Dari yang suka sholat di penghujung waktu, niatnya mau in time biar kedapetan sunnah muakkad plus tahajjudnya kalo bisa. Yang awalnya cuma kenal surat pendek, mulai ngaji 1 halaman perhari. Itupun suliiit sekali. Kurang lebih itu juga yang sempat bersarang di kepalaku. Bagiku, saat itu umroh/haji terlalu d...