Langsung ke konten utama

Muslimah itu Ratu #Perspective Vol.7

 

Dari semua hukum Islam yang Allah tetapkan pasti semua ada alasannya. Kalau pun kata manusia ada hukum Allah yang nggak bisa dicerna. Secara harfiah, itu logika manusia aja yang nggak nyampe. Itulah mengapa gue pernah dikasih tahu bahwa akal itu taruh di bawah hukum Allah. Dalam arti semua yang Allah perintahkan itu pasti ada manfaatnya untuk diri kita. And vise versa. Yang dilarang itu pasti merugikan kita.

Gue ambil contoh, judi. Islam melarang judi. Dan setelah ditelaah judi itu kan emang bukan lah suatu keadilan. Duit yang dibuat taruhan dengan begitu gampangnya akan jadi pemilik yang menang hanya suatu permainan yang katakanlah undian, nggak butuh, effort. Padahal lo tau kan itu duit carinya pakek kerja keras.

Contoh lagi, minum khamr. Yang bakal bikin mabuk dan ngerubah lo jadi orang sinting. Walau sesaat ketika lo nggak sadar. Kelar dah semuanya. Pernah denger cerita nggak orang alim yang pengen bikin dosa, dimana dia bingung atas 3 pilihan dosa yang pingin diperbuat?. correct me if I' wrong. Pilihan pertama bunuh orang, kedua zina dan ketiga minum khamr. Dan dibisikin setan akhirnya dia pilih opsi  ketiga, dimana pas dia mabuk dia akhirnya zina dan ngebunuh perempuan itu. See? efek mabuk.

Disini gue mau bahas hal yang selama ini masih jadi perang batin di sisi terdalam diri gue. Gue sempet denger bagaimana diri ini akan  aneh terhadap suatu hal asing yang selama ini nggak menjadi kesehariannya. Misal sekumpulan orang yang biasa ngomong kasar, bakalan ketawa ketika mereka denger atau salah satu dari mereka ngomong halus. Gimana mata kalo biasa dibuat melihat hal yang jelek pasti bakal aneh saat dibuat melihat kebaikan, nonton kajian misal. Gimana kakunya mulut dibuat ngaji saat nggak terbiasa.

Dan itu jadi refleksi di diri gue. Dimana di beberapa hal gue ngerasa asing dengan metamorfosa diri gue di langkah pertama. Kayak kemarin, entah bisikan darimana. Karna hal baik akhirnya gue langsung yakin aja selama itu perintah Allah gue pikir kenapa harus ditunda ya kan?

Berawal dari hidup yang mulai ngerasa nggak nyaman. Bikin gue introspeksi atas apa aja dosa jariyah yang sedang dan terus gue perbuat dalam hidup. Itu dulu yang harus disadari. Karena gue pernah denger ceramah. Bahwa yang namanya dosa maksiat itu pasti akan memberikan efek nggak nyaman mengganggu nikmatnya kita ibadah pada Allah di beberapa hari ke depan. Misal tetiba ngaji kayak nggak kerasa sampe ke dalam atau tetiba sholat sunnah muakkad-ghoiru muakkad tetiba males, bisa aja itu karena dosa jariyah atau ada maksiat di beberapa hari lalu yang pernah even masih dilakukan.

Dan dosa maksiat itu nggak harus pacaran aja ya. Bisa juga dari dengerin musik di waktu luang. 

Pernah dengerkan dengan terlenanya manusia dengan nikmat waktu luang??

Atau, bahkan (sekedar) salaman atau sentuhan dengan keluarga yang bukan mahram?? (Iya tau, salaman itu buat nyambung silaturahmi. Tapi emang Silaturahmi tuh harus banget ya pake salaman, gitu?)

Dulu bahkan gue mikirnya, elah Cuma salaman sama sepupu doang, anak pak dhe kok. Udah kayak kakak sendiri.

Dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).



Sumber https://rumaysho.com/10109-hukum-berjabat-tangan-dengan-lawan-jenis.html

Padahal, hukum Allah udah jelas dengan siapapun itu selama bukan mahram. NO. Nggak boleh.

Kalo sama saudara/tetangga yang udah kakek banget nggak boleh Fir?

Pernah denger ceramah, bahwa setua apapun kakek kalo bukan mahram kita, bukan kakek secara harfiah itu tetep nggak boleh karna pria itu masih ada nafsu. Wallahu a'lam. Pernah nonton berita kan, kakek umur 100 tahun nikah sama cewek 17 tahun??. Itu bahasa ceramah di youtube ya, Firda Cuma ngutip. Bisa di cek sampe urutan akhir. Disini Firda juga masih belajar.

Terus gimana ? Dosa gue masih banyak, apa nggak terlalu sok suci kalo tetiba gue begitu?

Alhamdulillah setelah mengalami pergolakan batin yang cukup lama. Gue bismillah, and I did. Semoga istiqomah.

Apakah segampang itu tetiba gue merenung semalam langsung besok praktek. Tentu nggak semudah itu. Masih ragu, masih nego bahkan pas do’a. Let me tell you. Bahwa gue pun masih merasakan demikian. Ragu, bimbang bahkan ngerasa mau putus sebelum jadian (re: ngerasa pengen nyerah sebelum mulai).  Ibaratkan kalo sekarang nih ya. Banyak banget alasan buat nggak mau taat ke jalan Allah.

Fir lo tuh bukan orang suci. Fir lo tuh masih belum pantes kayak gitu. Akhlakmu masih kurang. Lo sadar nggak sih di (desa) sini masih lo doang yang kayak gitu. Nyadar woy, lo bahkan dulu masih nggak berhijab. Dan bisikan-bisikan lain, yang pada intinya tetap ingin gue ada di zona nyaman. Zona santai tanpa rintangan.

Jujur, awal gue pengen untuk nggak sentuhan dengan bukan mahram, walau (sekedar) salaman itu pas waktu beberapa bulan lalu. Dimana gue dengan isengnya di kos, ambil kertas folio. Dimana tetiba gue tulis kriteria jodoh calon bapaknya anak-anak (anak gue, nanti). Gue tulis. Tujuan akhirnya adalah gue tanyain ke diri gue satu persatu apakah pantes gue ngajuin proposal itu ke Allah sedang gue masih kaya gini. Misal, di salah satu poin gue ingin calon gue ini menjaga pandangan dan menjaga dirinya. Lantas, gue tanya kediri gue. 

“apakah gue sudah melakukan atau siap akan melakukan hal itu?”

Biar sama. In the same line.

Nggak boleh dong egois minta yang frekuensi tinggi sedang gue masih di frekuensi rendah, ibaratnya.

Dan salah satu poinnya yang gue balik ke diri gue adalah “Apakah gue rela dan mau si calon gue ini bersentuhan/salaman dengan bukan mahram, sama cewek lain misal? ” dan seketika. Gue sama sekali nggk rela. Triple No, kalo kata ponakan gue. Maka gue inget banget di trail pertama kali, di hajatan tetangga, gue nggak mau salaman sama para terima tamu yang bukan mahram. Dan disitu masih terekam jelas gimana para ibu-ibu yang juga terima tamu ngeliat gue dengan mata memicing aneh. Idk, but guys, sungguh bukan mau su’udzon karna bisa aja itu cuma perasaan gue doang. Dan puncaknya, gue lumayan ketakutan dan berdebar sebelum lebaran when my imagination show-off those people face responses while I'll do it. 

Muncul macam-macam imaginasi rasa takut. Khawatir dan lain-lain. Maka saat Ramadhan gue terus sebut dalam do’a. Minta sama yang maha memampukan buat bikin gue bisa melakukan syariatnya. Minta sama yang maha menguatkan jika someday (saat gue ngeklakuin itu) tetiba ada hal nggak enak biar gue kuat. Terus berpegang pada syariat. And, it works. I already did that, guys. Alhamdulillah.

Di bulan suci Ramadhan dengan waktu yang nggak sebentar gue selalu minta supaya di-istiqomahkan dalam menjalankan syariat yang Allah perintahkan. Gue curhat abis-abisan. Minta supaya dilancarkan, dipilih jadi salah satu hamba Allah yang menjaga dirinya dari lawan jenis. Gue nontonin ceramah Ustad Khalid Basalamah salah satunya, dimana quote yang gue ambil adalah bahwa

“ Komentar (ucapan) orang lain hanya sepanjang ujung lidahnya” oke selalu gue inget untuk penguatan hati gue, saat gue mulai mau nyerah ketika gue mulai nggak kuat. Iman gue masih selemah itu emang. Semoga Allah kuatkan.

Berulang kali, gue hadapi yang namanya rasa takut di awal. Gue abis nonton Ted di Youtoube, Fear setting namanya. Gue jabarkan apa kemungkinan terburuk yang mungkin bakalan terjadi nanti, biar gue lebih siap, or at least ada persiapan supaya nggak terlalu kaget ketika beneran gue hadapi ketakutan itu nanti. 

Kayak gue bilang di banyak kesempatan sebelum lebaran ke diri gue :

“Fir, ketika kamu jadi beda nanti akan kau temui pandangan sinis, umpatan bahkan ungkapan yang mungkin akan menyakiti hatimu. Tapi jangan menyerah, karena ini murni perintah Allah. Lakukan karena ini prinsip yang sampai kapanpun harus kau genggam dimanapun  kau berada”

Dan pertanyaan opportunistik lain yang harus saya jawab seperti

“Fir, apa yang kamu lakuin nanti kalo pas kamu nggak mau salaman sama bukan mahram, mereka bakal mandang atau bahkan bilang hal  yang mungkin bakal bikin kamu nggak senang?”

(tarik napas,  inget quote yang selalu aku minta doa ke Allah sambil minta kuatkan Allah yang Maha kuat.)

Sampe hal kayak, “ Gimana kalo mereka bahkan ngusir kamu Fir?”

(Then, I’ll go, gue bakalan pergi)

Dan ternyata,

It’s totally doesn’t happened. Banyak dosa udah su’udzon sama mereka. Karena ternyata hampir semua orang (bukan mahram) yang gue nggak salamin. Respect ke gue. I mean diahdapan gue, at least. Tapi nggak papa kan? yang namanya fear setting itu bisa bikin kita siap, Insya Allah. daripada denial sejak awal ke hal-hal yang kita takutin then itu beneran terjadi dan bikin lo nggak siap nantinya.


الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ . رواه مسلم


Dunia adalah perhiasan, dan sebaik- baik perhiasan adalah wanita shalihah (HR. Muslim)

Sampai akhirnya juga gue berefleksi karena hadits ini. Gue tau hadits ini cukup lama. Dan gue baru sadar. Bahwa dengan banyaknya aturan islam pada wanita. Gimana islam ngatur cara berpakaian wanita, nggak boleh ketat (press body), nggak boleh terawang, yang keliat cuman telapak tangan sama wajah. Gimana aturan hijab bagi wanita yang harus nutupin dada. Gimana harusnya wanita ngomong. Gimana adab wanita  bergaul. Pada siapa aja dia boleh bersentuhan. Lengkap. Allahu Akbar mungkin buat (gue dulu) atau ada dari kalian ( gue berharap dah nggak ada), kedengarannya Islam terlalu mengekang perempuan. Islam nggak bikin muslimah show off her style. Padahal demi Allah, Islam sedang menjadikan kita layaknya perhiasan seperti hadits yang di atas. Demi Allah kita sedang diperlakukan layaknya ratu disini. 

Muslimah is QUEEN. 

Astaghfirullah, betapa selama ini gue yang banyak sekali alasan saat gue sendiri hausnya sadar sejak lama bahwa Islam sedang memeperlakukan para muslimah layaknya Ratu dengan segala aturannya yang gue anggap dulu terkesan kaku.

 




Yaudah itu aja, semoga banyak yang dapat hikmah disini. Nggak ada yang maksud lain, selain belajar nulis, juga gue ingin kalian semua dapet juga apa yang gue dapat dan semoga Allah lebihkan. Kalo merasa terbantu dengan tulisan gue, feel free buat share ke yang lain. Sungguh dengan minimnya ilmu yang gue punya gue sadar, banyak kesalahan disini. Maka gue ingin, kalian yang baca jadi pengingat gue juga, ketika gue salah atau tulisan gue terkesan menggurui. Monggo tegur gue. Kita saling belajar dan saling berbagi kebaikan disini. Semoga hidayah Allah turut andil di tulisan gue yang nggak seberap aini. Dan semoga kita bisa sama-sama tarik menarik ke surganya Allah amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita perintis, bukan pewaris

  “Kamu kenapa nggak serius sih latihannya?” “Mau se-bagus apapun toh pasti bakalan kalah. Saingannya nanti katanya bagus-bagus” “Siapa yang bilang?!?” Itu sepenggal obrolan tegang yang ku lakukan saat membujuk seorang adik yang dalam waktu dekat akan menjadi kontingen lomba mewakili kecamatan. I felt de javu. Dejavu adalah saat kamu merasa apa yang terjadi sekarang, pernah dialami di masa lalu. (Brain Academy) Saat itu untuk pertama kalinya dalam hidup ada yang sepercaya itu mengembankan sebuah amanah besar. Dimana aku terpilih menjadi salah satu perwakilan lomba mewakili sekolah, yang mana tiap tahunnya sekolahku selalu menjadi juara di ajang lomba tersebut. Meski aku tak dituntut secara langsung harus menang, tapi yang ku tahu semua cost yang sekolah alokasikan pasti agar siswa-siswi nya menang. Dan keresahan yang sama juga ku rasakan saat itu. Karenanya aku merasa dejavu. “Gimana kalo yang berkompetisi nanti bagus-bagus?” “Ya, mau gimana? Itu urusan mereka. Tu...

coretan

malam minggu yang selama ini gue jalani bukan malam minggu yang keluyuran diluar ataupun hangout bareng temen.juga nggak ada tuh yang namanya free pas weekend.malam minggu malah diisi dengan belajar beladiri yang jujur aja gue nggak suka.dan minggu nya ,pagi gua ikut pengajian rutin dan siangnya gue belajar buat kerajinan.bener-bener full abis. ya capek sih,tapi mau gimana lagi? ini adalah aturan yang emang harus gue patuhin.dalam ngejalanin semua ini gue cuman butuh yang namanya ikhlas.karna ikhlas adalah the magic word yang bisa mengubah dari beban jadi lega.dan itulah kenapa gue selalu percaya bahwa dalam hidup lho nggak akan bisa terus-terusan ngedapetin apa yang lho mau.karna selalu aja akan ada orang - orang yang mengatur hidup lo.intinya jangan jadiin apa yang nggak lho suka jadi beban hidup lho.toh,itu juga akan ngebuat lho jadi stres.jalani aja dengan ikhlas,dan insya allah semua akan indah pada waktunya. Btw,selamat malem minggu yang lagi sendiri.❤❤

Negatively on Social Media #Perspective vol.5

Malang, Sept 29 2020 06.01.PM Beberapa hari lalu, pas banget mau balik kerumah. Something broken with my phone . Tombol powernya rusak. Ini bukan yang pertama kalinya, karena beberapa tahun sebelumnya-pas gue kelas 2 SMK kalo nggak salah, tombol ini juga pernah rusak dan dibenerin lagi, bisa. Gue sebenernya aware si tombol ini rusak (lagi) udah lumayan lama. Konsekuensinya, gue nggak bisa nge screencaptured for a while . dan yang gue aware lagi bahwa hp gue nggak boleh mati. karena kalo terlanjur mati. Wassalam,,, my phone is samsung galaxy grand Neo btw ,cari di google kalo kepo. Lumayan lama sejak kelas 1 Smp kayanya Jadilah gimana caranya gue coba untuk terus mantau hp gue supaya nggak keabisan batre,, gue rela tidur dengan posisi kebalik (dalam artian gue puter tidur 180 derajat) supaya gue bisa nyolokin hp pas tidur.Karena emang posisi colokan ada di deketnya kaki. Harus ya? Harus. Karena gue biasa bangun pake alarm. dan sometimes suka nggak tahu diri kalo alarmnya kejauhan. bi...