Dari semua hukum Islam yang Allah tetapkan pasti semua ada
alasannya. Kalau pun kata manusia ada hukum Allah yang nggak bisa dicerna. Secara harfiah,
itu logika manusia aja yang nggak nyampe. Itulah mengapa gue pernah dikasih tahu bahwa akal itu taruh di bawah hukum Allah. Dalam arti semua yang Allah
perintahkan itu pasti ada manfaatnya untuk diri kita. And vise versa. Yang dilarang itu pasti merugikan kita.
Gue ambil contoh, judi. Islam melarang judi. Dan setelah
ditelaah judi itu kan emang bukan lah suatu keadilan. Duit yang dibuat taruhan
dengan begitu gampangnya akan jadi pemilik yang menang hanya suatu permainan yang katakanlah undian, nggak butuh, effort. Padahal lo tau kan itu
duit carinya pakek kerja keras.
Contoh lagi, minum khamr. Yang bakal bikin mabuk dan
ngerubah lo jadi orang sinting. Walau sesaat ketika lo nggak sadar. Kelar dah
semuanya. Pernah denger cerita nggak orang alim yang pengen bikin dosa, dimana dia bingung atas 3 pilihan dosa yang pingin diperbuat?. correct me if I' wrong. Pilihan pertama bunuh orang, kedua zina dan ketiga minum khamr. Dan dibisikin setan akhirnya dia pilih opsi ketiga, dimana pas dia mabuk dia akhirnya zina dan ngebunuh perempuan itu. See? efek mabuk.
Disini gue mau bahas hal yang selama ini masih jadi perang batin di sisi terdalam diri gue. Gue sempet denger bagaimana diri ini akan aneh terhadap suatu hal asing yang selama ini nggak menjadi kesehariannya. Misal sekumpulan orang yang biasa ngomong kasar, bakalan ketawa ketika mereka denger atau salah satu dari mereka ngomong halus. Gimana mata kalo biasa dibuat melihat hal yang jelek pasti bakal aneh saat dibuat melihat kebaikan, nonton kajian misal. Gimana kakunya mulut dibuat ngaji saat nggak terbiasa.
Dan itu jadi refleksi di diri gue. Dimana di beberapa hal gue ngerasa asing dengan metamorfosa diri gue di langkah pertama. Kayak kemarin, entah bisikan darimana. Karna hal baik akhirnya gue langsung yakin aja selama itu perintah Allah gue pikir kenapa harus ditunda ya kan?
Berawal dari hidup yang mulai ngerasa
nggak nyaman. Bikin gue introspeksi atas apa aja dosa jariyah yang sedang dan
terus gue perbuat dalam hidup. Itu dulu yang harus disadari. Karena gue pernah
denger ceramah. Bahwa yang namanya dosa maksiat itu pasti akan memberikan efek
nggak nyaman mengganggu nikmatnya kita ibadah pada Allah di beberapa hari ke
depan. Misal tetiba ngaji kayak nggak kerasa sampe ke dalam atau tetiba sholat
sunnah muakkad-ghoiru muakkad tetiba males, bisa aja itu karena dosa jariyah
atau ada maksiat di beberapa hari lalu yang pernah even masih dilakukan.
Dan dosa maksiat itu nggak harus pacaran aja ya. Bisa juga dari
dengerin musik di waktu luang.
Pernah dengerkan dengan terlenanya manusia dengan nikmat
waktu luang??
Atau, bahkan (sekedar) salaman atau sentuhan dengan keluarga
yang bukan mahram?? (Iya tau, salaman itu buat nyambung silaturahmi. Tapi emang Silaturahmi tuh harus banget ya pake salaman, gitu?)
Dulu bahkan gue mikirnya, elah Cuma salaman sama sepupu
doang, anak pak dhe kok. Udah kayak kakak sendiri.
Dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Sumber https://rumaysho.com/10109-hukum-berjabat-tangan-dengan-lawan-jenis.html
Padahal, hukum Allah udah jelas dengan siapapun itu selama
bukan mahram. NO. Nggak boleh.
Kalo sama saudara/tetangga yang udah kakek banget nggak
boleh Fir?
Pernah denger ceramah, bahwa setua apapun kakek kalo bukan
mahram kita, bukan kakek secara harfiah itu tetep nggak boleh karna pria itu masih ada nafsu. Wallahu a'lam. Pernah nonton berita kan, kakek umur 100 tahun nikah
sama cewek 17 tahun??. Itu bahasa ceramah di youtube ya, Firda Cuma ngutip. Bisa
di cek sampe urutan akhir. Disini Firda juga masih belajar.
Terus gimana ? Dosa gue masih
banyak, apa nggak terlalu sok suci kalo tetiba gue begitu?
Alhamdulillah setelah mengalami pergolakan batin yang cukup
lama. Gue bismillah, and I did. Semoga istiqomah.
Apakah segampang itu tetiba gue merenung semalam langsung
besok praktek. Tentu nggak semudah itu. Masih ragu, masih nego bahkan pas do’a.
Let me tell you. Bahwa gue pun masih merasakan demikian. Ragu, bimbang bahkan ngerasa mau putus sebelum jadian (re: ngerasa pengen nyerah sebelum mulai). Ibaratkan kalo
sekarang nih ya. Banyak banget alasan buat nggak mau taat ke jalan Allah.
Fir lo tuh bukan orang suci. Fir lo tuh masih belum
pantes kayak gitu. Akhlakmu masih kurang. Lo sadar nggak sih di (desa) sini
masih lo doang yang kayak gitu. Nyadar woy, lo bahkan dulu masih nggak
berhijab. Dan bisikan-bisikan lain, yang pada intinya tetap ingin gue ada di
zona nyaman. Zona santai tanpa rintangan.
Jujur, awal gue pengen untuk nggak sentuhan dengan bukan mahram, walau (sekedar) salaman itu pas waktu beberapa bulan lalu. Dimana gue dengan isengnya di kos, ambil kertas folio. Dimana tetiba gue tulis kriteria jodoh calon bapaknya anak-anak (anak gue, nanti). Gue tulis. Tujuan akhirnya adalah gue tanyain ke diri gue satu persatu apakah pantes gue ngajuin proposal itu ke Allah sedang gue masih kaya gini. Misal, di salah satu poin gue ingin calon gue ini menjaga pandangan dan menjaga dirinya. Lantas, gue tanya kediri gue.
“apakah gue sudah melakukan atau siap akan melakukan hal itu?”
Biar sama. In the same line.
Nggak boleh dong egois minta yang frekuensi tinggi sedang gue masih di frekuensi rendah, ibaratnya.
Dan salah satu poinnya yang gue balik ke diri gue adalah “Apakah gue rela dan mau si calon gue ini bersentuhan/salaman dengan bukan mahram, sama cewek lain misal? ” dan seketika. Gue sama sekali nggk rela. Triple No, kalo kata ponakan gue. Maka gue inget banget di trail pertama kali, di hajatan tetangga, gue nggak mau salaman sama para terima tamu yang bukan mahram. Dan disitu masih terekam jelas gimana para ibu-ibu yang juga terima tamu ngeliat gue dengan mata memicing aneh. Idk, but guys, sungguh bukan mau su’udzon karna bisa aja itu cuma perasaan gue doang. Dan puncaknya, gue lumayan ketakutan dan berdebar sebelum lebaran when my imagination show-off those people face responses while I'll do it.
Muncul macam-macam imaginasi rasa takut. Khawatir dan lain-lain.
Maka saat Ramadhan gue terus sebut dalam do’a. Minta sama yang maha memampukan
buat bikin gue bisa melakukan syariatnya. Minta sama yang maha menguatkan jika
someday (saat gue ngeklakuin itu) tetiba ada hal nggak enak biar gue kuat.
Terus berpegang pada syariat. And, it works. I already did that, guys. Alhamdulillah.
Di bulan suci Ramadhan dengan waktu yang nggak sebentar gue
selalu minta supaya di-istiqomahkan dalam menjalankan syariat yang Allah
perintahkan. Gue curhat abis-abisan. Minta supaya dilancarkan, dipilih jadi
salah satu hamba Allah yang menjaga dirinya dari lawan jenis. Gue nontonin
ceramah Ustad Khalid Basalamah salah satunya, dimana quote yang gue ambil
adalah bahwa
“ Komentar (ucapan) orang lain hanya sepanjang ujung
lidahnya” oke selalu gue inget untuk penguatan hati gue, saat gue mulai mau nyerah
ketika gue mulai nggak kuat. Iman gue masih selemah itu emang. Semoga Allah
kuatkan.
Berulang kali, gue hadapi yang namanya rasa takut di awal. Gue abis nonton Ted di Youtoube, Fear setting namanya. Gue jabarkan apa kemungkinan terburuk yang mungkin bakalan terjadi nanti, biar gue lebih siap, or at least ada persiapan supaya nggak terlalu kaget ketika beneran gue hadapi ketakutan itu nanti.
Kayak gue
bilang di banyak kesempatan sebelum lebaran ke diri gue :
“Fir, ketika kamu jadi beda nanti akan kau temui pandangan
sinis, umpatan bahkan ungkapan yang mungkin akan menyakiti hatimu. Tapi jangan
menyerah, karena ini murni perintah Allah. Lakukan karena ini prinsip yang
sampai kapanpun harus kau genggam dimanapun
kau berada”
Dan pertanyaan opportunistik lain yang harus saya jawab
seperti
“Fir, apa yang kamu lakuin nanti kalo pas kamu nggak mau
salaman sama bukan mahram, mereka bakal mandang atau bahkan bilang hal yang mungkin bakal bikin kamu nggak senang?”
(tarik napas, inget
quote yang selalu aku minta doa ke Allah sambil minta kuatkan Allah yang Maha
kuat.)
Sampe hal kayak, “ Gimana kalo mereka bahkan ngusir kamu
Fir?”
(Then, I’ll go, gue bakalan pergi)
Dan ternyata,
It’s totally doesn’t happened. Banyak dosa
udah su’udzon sama mereka. Karena ternyata hampir semua orang
(bukan mahram) yang gue nggak salamin. Respect ke gue. I mean diahdapan gue, at
least. Tapi nggak papa kan? yang namanya fear setting itu bisa bikin kita siap,
Insya Allah. daripada denial sejak awal ke hal-hal yang kita takutin then itu
beneran terjadi dan bikin lo nggak siap nantinya.
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ . رواه مسلم
Sampai akhirnya juga gue berefleksi karena hadits ini. Gue tau hadits ini cukup lama. Dan gue baru sadar. Bahwa dengan banyaknya aturan islam pada wanita. Gimana islam ngatur cara berpakaian wanita, nggak boleh ketat (press body), nggak boleh terawang, yang keliat cuman telapak tangan sama wajah. Gimana aturan hijab bagi wanita yang harus nutupin dada. Gimana harusnya wanita ngomong. Gimana adab wanita bergaul. Pada siapa aja dia boleh bersentuhan. Lengkap. Allahu Akbar mungkin buat (gue dulu) atau ada dari kalian ( gue berharap dah nggak ada), kedengarannya Islam terlalu mengekang perempuan. Islam nggak bikin muslimah show off her style. Padahal demi Allah, Islam sedang menjadikan kita layaknya perhiasan seperti hadits yang di atas. Demi Allah kita sedang diperlakukan layaknya ratu disini.
Muslimah is QUEEN.
Astaghfirullah, betapa selama ini gue yang banyak sekali
alasan saat gue sendiri hausnya sadar sejak lama bahwa Islam sedang
memeperlakukan para muslimah layaknya Ratu dengan segala aturannya yang gue
anggap dulu terkesan kaku.
Yaudah itu aja, semoga banyak yang dapat hikmah disini.
Nggak ada yang maksud lain, selain belajar nulis, juga gue ingin kalian semua dapet juga apa yang gue
dapat dan semoga Allah lebihkan. Kalo merasa terbantu dengan tulisan gue, feel
free buat share ke yang lain. Sungguh dengan minimnya ilmu yang
gue punya gue sadar, banyak kesalahan disini. Maka gue ingin, kalian yang baca
jadi pengingat gue juga, ketika gue salah atau tulisan gue terkesan menggurui.
Monggo tegur gue. Kita saling belajar dan saling berbagi kebaikan disini.
Semoga hidayah Allah turut andil di tulisan gue yang nggak seberap aini. Dan
semoga kita bisa sama-sama tarik menarik ke surganya Allah amin
Komentar
Posting Komentar