Langsung ke konten utama

Sendiri itu nggak papa

 

Beberapa hari lalu, gue dijelaskan soal Topik Isolasi Sosial di Mata Kuliah Jiwa di Semester 5 ini. Dalam materi itu, dijelaskan soal Respon rentang sosial yang dimulai dari solitude atau menyendiri. Dan ternyata itu hal yang normal. 

Terkadang seseorang akan melalui tahapan solitude ini sebagai tahapan utama yang bisa dijadikan sebagai bahan perenungan atau instropeksi atau me-time bahasa kerennya sekarang.

Kok relate, ya.. 

Gue jadi inget saat-saat dimana gue mulai menyadari ini pada diri gue. Pada waktu-waktu tertentu, gue bakalan bete banget liat muka orang apalagi cengkrama. Maka, saat gue tinggal di kos yang apa-apa mesti ramean, gue pamitan, bahwa kadang di waktu-waktu tertentu ketika gue mulai menunjukkan ‘symptoms’, artinya pada saat itulah gue ingin sendiri. Dan Alhamdulillahnya respon sahabat-sahabat gue positif.

Gue nggak terlalu tahu gue bakalan cerita apa di blog kali ini.

But intinya I’m enough

Ucapan terima kasih bertubi-tubi gue sampaikan pada diri gue. Makasih banyak, banget. Buat apa? Buat semuanya. Yang nggak bisa gue sebut satu-persatu. Makasih selalu ada. Makasaih selalu mau gue ajak tertatih bareng. Sampai ketemu menjadi Firda yang terus manfaat dalam hal kebaikan. 

Salam menjadi sebaik-baik manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita perintis, bukan pewaris

  “Kamu kenapa nggak serius sih latihannya?” “Mau se-bagus apapun toh pasti bakalan kalah. Saingannya nanti katanya bagus-bagus” “Siapa yang bilang?!?” Itu sepenggal obrolan tegang yang ku lakukan saat membujuk seorang adik yang dalam waktu dekat akan menjadi kontingen lomba mewakili kecamatan. I felt de javu. Dejavu adalah saat kamu merasa apa yang terjadi sekarang, pernah dialami di masa lalu. (Brain Academy) Saat itu untuk pertama kalinya dalam hidup ada yang sepercaya itu mengembankan sebuah amanah besar. Dimana aku terpilih menjadi salah satu perwakilan lomba mewakili sekolah, yang mana tiap tahunnya sekolahku selalu menjadi juara di ajang lomba tersebut. Meski aku tak dituntut secara langsung harus menang, tapi yang ku tahu semua cost yang sekolah alokasikan pasti agar siswa-siswi nya menang. Dan keresahan yang sama juga ku rasakan saat itu. Karenanya aku merasa dejavu. “Gimana kalo yang berkompetisi nanti bagus-bagus?” “Ya, mau gimana? Itu urusan mereka. Tu...

coretan

malam minggu yang selama ini gue jalani bukan malam minggu yang keluyuran diluar ataupun hangout bareng temen.juga nggak ada tuh yang namanya free pas weekend.malam minggu malah diisi dengan belajar beladiri yang jujur aja gue nggak suka.dan minggu nya ,pagi gua ikut pengajian rutin dan siangnya gue belajar buat kerajinan.bener-bener full abis. ya capek sih,tapi mau gimana lagi? ini adalah aturan yang emang harus gue patuhin.dalam ngejalanin semua ini gue cuman butuh yang namanya ikhlas.karna ikhlas adalah the magic word yang bisa mengubah dari beban jadi lega.dan itulah kenapa gue selalu percaya bahwa dalam hidup lho nggak akan bisa terus-terusan ngedapetin apa yang lho mau.karna selalu aja akan ada orang - orang yang mengatur hidup lo.intinya jangan jadiin apa yang nggak lho suka jadi beban hidup lho.toh,itu juga akan ngebuat lho jadi stres.jalani aja dengan ikhlas,dan insya allah semua akan indah pada waktunya. Btw,selamat malem minggu yang lagi sendiri.❤❤

Negatively on Social Media #Perspective vol.5

Malang, Sept 29 2020 06.01.PM Beberapa hari lalu, pas banget mau balik kerumah. Something broken with my phone . Tombol powernya rusak. Ini bukan yang pertama kalinya, karena beberapa tahun sebelumnya-pas gue kelas 2 SMK kalo nggak salah, tombol ini juga pernah rusak dan dibenerin lagi, bisa. Gue sebenernya aware si tombol ini rusak (lagi) udah lumayan lama. Konsekuensinya, gue nggak bisa nge screencaptured for a while . dan yang gue aware lagi bahwa hp gue nggak boleh mati. karena kalo terlanjur mati. Wassalam,,, my phone is samsung galaxy grand Neo btw ,cari di google kalo kepo. Lumayan lama sejak kelas 1 Smp kayanya Jadilah gimana caranya gue coba untuk terus mantau hp gue supaya nggak keabisan batre,, gue rela tidur dengan posisi kebalik (dalam artian gue puter tidur 180 derajat) supaya gue bisa nyolokin hp pas tidur.Karena emang posisi colokan ada di deketnya kaki. Harus ya? Harus. Karena gue biasa bangun pake alarm. dan sometimes suka nggak tahu diri kalo alarmnya kejauhan. bi...